28 Desember 2013

SESAJI


Masuk Neraka Gara-Gara Sesaji Berupa Lalat

Kisah berikut menunjukkan bagaimana bahaya
kesyirikan. Namun di sekitar kita menganggap
sebagai hal yang biasa dan ringan. Padahal sesaji
walau dengan lalat saja bisa menyebabkan
seseorang masuk neraka, apalagi jika dengan
tumbal kepala kerbau dan sesaji lainnya. Karena
kejahilan membuat kita tidak paham akan
bahayanya syirik.
)
(
)
(
Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan)
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda, “ Ada seorang lelaki yang
masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada
pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara
lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya,
“ Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai
Rasulullah? ” Beliau menjawab, “Ada dua orang
lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki
berhala. Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan
melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban
(memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala
tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah
satu di antara dua lelaki itu, “ Berkorbanlah.” Ia
pun menjawab, “ Aku tidak punya apa-apa
untuk dikorbankan .” Mereka mengatakan,
“ Berkorbanlah, walaupun hanya dengan
seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor
lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia
untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena
sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga
memerintahkan kepada orang yang satunya,
“ Berkorbanlah.” Ia menjawab, “ Tidak pantas
bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah
‘azza wa jalla .” Akhirnya, mereka pun
memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk
surga.”
Status hadits :
Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az Zuhud hal. 15,
dari Thoriq bin Syihab dari Salman Al Farisi
radhiyallahu ‘anhu. Hadits tersebut dikeluarkan
pula oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 1: 203, Ibnu
Abi Syaibah dalam mushonnafnya 6: 477, 33028.
Hadits ini mauquf shahih, hanya sampai sahabat.
Lihat tahqiq Syaikh ‘Abdul Qodir Al Arnauth
terhadap Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab hal. 49, terbitan Darus Salam.
Al Hafizh mengatakan bahwa jika Thoriq bertemu
Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka ia
adalah sahabat. Kalau tidak terbukti ia mendengar
dari Nabi, maka riwayatnya adalah mursal
shohabiy dan seperti itu maqbul atau diterima
menurut pendapat yang rojih (terkuat). Ibnu
Hibban menegaskan bahwa Thoriq wafat tahun 38
H. Lihat Fathul Majid , hal. 161, terbitan Darul
Ifta’.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1. Hadits di atas menunjukkan bahaya syirik
walau pada sesuatu yang dinilai kecil atau
remeh.
2. Jika sesaji dengan lalat saja bisa
menyebabkan masuk neraka, bagaimana lagi
dengan unta, atau berqurban berkorban
untuk mayit atau selain itu?!
3. Hadits tersebut menjadi pelajaran bahwa
sesaji yang biasa dilakukan oleh sebagian
orang awam di negeri kita adalah suatu
kesyirikan.
4. Syirik menyebabkan pelakunya masuk neraka
sedangkan tauhid mengantarkan pada surga.
5. Seseorang bisa saja terjerumus dalam
kesyirikan sedangkan ia tidak mengetahui
bahwa perbuatan tersebut syirik yang
menyebabkan dia terjerumus dalam neraka
nantinya.
6. Hadits tersebut juga menunjukkan
bahayanya dosa walau dianggap sesuatu
yang kecil. Anas radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, “ Kalian mengamalkan suatu
amalan yang disangka ringan, namun
kami yang hidup di masa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganggapnya sebagai suatu petaka
yang amat besar .”
7. Orang tersebut masuk neraka karena amalan
yang awalnya tidak ia maksudkan, ia hanya
ingin lepas dari kejahatan kaum yang
memiliki berhala tersebut.
8. Seorang muslim yang melakukan kesyirikan,
batallah islamnya dan menyebabkan ia
masuk neraka karena laki-laki yang
diceritakan dalam hadits di atas adalah
muslim. Makanya di dalam hadits
disebutkan, “Seseorang masuk neraka
karena lalat”. Ini berarti sebelumnya dia
adalah muslim.
9. Yang jadi patokan adalah amalan hati, walau
secara lahiriyah amalan yang dilakukan
terlihat ringan atau sepele.
10. Hadits ini menunjukkan bahwa sembelihan,
penyajian tumbal, sesaji adalah ibadah. Jika
ada yang memalingkan ibadah tersebut pada
selain Allah, maka ia terjerumus dalam syirik
akbar yang mengeluarkan dari Islam.
11. Hadits di atas menunjukkan keutamaan,
keagungan dan besarnya balasan tauhid.
12. Hadits tersebut juga menunjukkan
keutamaan sabar di atas kebenaran dan
ketauhidan.
Wallahul muwaffiq.
Referensi :
Al Mulakhosh fii Syarh Kitabit Tauhid , Syaikh
Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan,
terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, 1422 H.
Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh
‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, terbitan Darul
Ifta’, cetakan ketujuh, 1431 H.
Hasyiyah Kitab At Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman
bin Muhammad bin Qosim, cetakan keenam, tahun
1432 H.
@ Sakan 27 Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh-KSA, 20
Muharram 1434 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id